Kelapa sawit (Elaeis guinensis J.) salah satu tanaman komoditas yang diandalkan sebagai sumber devisa negara non-migas yang menjadikan perkembangan kelapa sawit di Indonesia sangat pesat. Kelapa sawit merupakan tumbuhan berumah satu (monoecious) yang maknanya adalah tumbuhan yang memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon sekaligus tetapi letaknya berbeda. Bunga jantan kelapa sawit memiliki waktu mekar yang lebih lama dari bunga betina yaitu, selama 4-5 hari. Sedangkan untuk bunga betina hanya berlangsung selama 36-48 jam, dan sangat jarang untuk bisa dijumpai dalam satu tanaman yang bunga jantan dan bunga betinanya mekar secara bersamaan. Akibat dari perbedaan waktu matang bunga jantan dan betina menyebabkan penyerbukan terjadi secara silang (Alogami).

Penyerbukan silang yang terjadi pada tanaman kelapa sawit memerlukan agens sebagai pembawa serbuk sari kepada putik bunga betina yang sedang mekar dari pohon sawit lain (assisted pollination) bisa berupa bantuan dari angin, manusia, dan serangga (entomofily). Penyerbukan dengan bantuan manusia akan membutuhkan biaya dan tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan melakukan polinasi dengan bantuan serangga seperti Elaeidobius kamerunicus Faust. E. kamerunicus merupakan serangga polinator yang mudah untuk beradaptasi baik pada kondisi klimatologis dan lingkungan di Indonesia dan dinilai paling efisien sehingga, E. kamerunicus diintroduksi di Indonesia dari Afrika untuk membantu dalam permasalahan penyerbukan pada komoditas tanaman kelapa sawit sehingga dapat meningkatkan presentase pembentukan buah sawit. E. kamerunicus menghampiri bunga tanaman sawit karena menghasilkan senyawa volatil yang menyebabkan perilaku dari E. kamerunicus untuk menjadikan bunga kelapa sawit menjadi lokasi untuk mendapatkan sumber makanan dan berkembang biak.

Polinasi pada tanaman kelapa sawit dapat terjadi ketika E. kamerunicus berada pada posisi di bunga jantan yang kemudian berpindah ke bunga betina. Ketika E. kamerunicus merayap pada bagian spikelet pada bunga jantan, butiran-butiran polen akan melekat pada permukaan tubuh E. kamerunicus. Kemudian, polen tersebut akan terjatuh pada bagian stigma saat E. kamerunicus mengunjungi bunga betina untuk mengambil nektar, sehingga secara langsung terjadi proses penyerbukan dengan bantuan agen hayati. Penyerbukan oleh E. kamerunicus pada tanaman kelapa sawit dapat meningkatan hasil buah segar per tandan, peningkatan berat tandan, dan peningkatan tandan yang diproduksi. Keberadaan kumbang E. kamerunicus yang membawa serbuk sari dengan viabilitas >60 mampu meningkatkan fruit set kelapa sawit sebesar 15,04 – 21,05.

Populasi E. kamerunicus per hektar berpengaruh terhadap nilai fruit set. Pada saat populasi serangga penyerbuk tersebut tinggi, maka formasi fruit set juga akan tinggi. Sebaliknya, jika populasi serangga rendah, diduga fruit set juga akan rendah. Pentingnya peranan serangga penyerbuk E. kamerunicus dalam meningkatkan produktivitas sawit menyebabkan perlunya menjaga dan mempertahankan populasi dan meningkatkan efektivitas dalam pemanfaatannya sehingga dapat mengoptimalkan produktivitas dari kelapa sawit. Oleh karena itu, perlu selalu dilakukan pengamatan populasi E. kamerunicus di perkebunan sawit agar eksistensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi populasinya dapat terjaga.